Syarah Arba’in (21)
2 min readHADITS KEDUA PULUH SATU
عَنْ أَبِيْ عَمْرِو – وَقِيْلَ أَبِيْ عُمْرَةَ – سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِاللهِ الثَّقَفِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله! قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً، لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ، قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ فَاسْتَقِمْ”. رواه مسلم.
Dari Abi Amr – ada yang menyatakan pula Abi Umrata – Sufyan bin Abdillah Radiyallahu’anhu: Aku berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah sampaikanlah kepadaku satu perkataan yang aku tidak akan bertanya lagi setelahnya kepada selainmu. Rasulullah bersabda: “Katakanlah Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah” (HR. Muslim).
Syarah:
Makna perkataannya: “Aku berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah sampaikanlah kepadaku satu perkataan yang aku tidak akan bertanya lagi setelahnya kepada selainmu” yakni ajarkan kepadaku satu perkataan yang mencakup makna-makna Islam yang jelas sehingga tidak butuh penjelasan selainmu, aku beramal dan bertaqwa dengannya. Rasulullah menjawab: “Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah” ini termasuk jawami’ul kalim yang diberikan kepada Rasulullah. Karena beliau memberikan jawaban kepada orang yang bertanya dengan dua kalimat yang mengandung makna Iman. Dia disuruh untuk selalu memperbaharui Imannya dengan lisan dan mengingat dengan hati. Juga beliau memerintahkannya untuk istiqamah dalam menjalankan ketaatan serta menjauhi perkara yang menyelisihi syariat yang merupakan lawannya istiqamah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَمُوْا
“Orang-orang yang berkata rabb kami adalah Allah kemudian istiqamahlah”(Fushilat: 30), yakni beriman kepada Allah saja kemudian istiqamahlah diatas ilmu tersebut dan diatas ketaatan kepada Allah hingga diwafatkan oleh Allah dalam keadaan istiqamah diatas agama-Nya.
Umar bin Khattab Radiyallahu’anhu berkata: “Demi Allah beristiqmahlah kalian diatas ketaatan kepada Allah, dan janganlah menyimpang dari jalan seperti musang”. Maknanya teruslah memperbanyak amalan taat dan baik dalam keyakinan, perkataan maupun amalan dan teruslah diatas ketaatan.
Makna seperti ini adalah pendapat jumhur ulama mufassirin. Dan itu juga makna hadits ini Insya Allah. Demikian pula Firman Allah:
فَاسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ
“Beristiqamahlah engkau sebagaimana yang diperintah” (Hud: 112). Ibnu Abbas berkata tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang lebih memberatkan Rasulullah dibanding ayat ini”.
Oleh karena itu beliau bersabda: “Surat Hud dan sejenisnya telah membuatku beruban”.
Ustadz Abul Qasim Al-Qusyairi berkata: “Istiqamah adalah satu derajat yang dengannya sempurna segala urusan. Dengan adanya istiqamah tercapai dan teraturlah semua kebaikan. Barangsiapa yang tidak istiqamah dalam perjalanannya maka sia-sia dan rusak usahanya. Beliau berkata: “Ada yang mengatakan tidak ada yang mampu melakukannya kecuali orang besar. Karena dengan istiqamah seseorang keluar dari kebiasaannya sehari-hari, memisahkan diri dari adat, berdiri dihadapan Allah sesuai dengan hakikat sidiq, oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Istiqamahlah kalian dan kalian takkan bisa menghitung”.
Al Wasithi berkata: “Perangai yang dengannya sempurna perbuatan baik dan jika tidak ada akan menjadi jelek hal-hal yang baik adalah istiqamah, wallahu a’lam.
(Diterjemah oleh Abdurahman Mubarak Ata)