Mei 18, 2024

ALMUBARAK

MEDIA BERBAGI FAEDAH

Syarah Arba’in (27)

3 min read

HADITS KEDUA PULUH TUJUH

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَاْلإِثْمُ: مَا حَاكَ فِيْ صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ. رواه مسلم. وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: جِئْتُ تَسْأَلُ عَنِ الْبِرِّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: إِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، اَلْبِرُّ: مَااطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ: مَاحَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ. حديث حسن رويناه في مسندي الإمام أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن.

Dari Nawas bin Sam’an Radiyallahu’anhu: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berbuat baik adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa yang ada didalam dirimu dan engkau takut orang lain mengetahuinya (HR. Muslim).

Dari Wabishah bin Mabad Radiyallahuanhu: Aku datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?, aku jawab: Ya. Beliau bersabda: Mintalah fatwa kepada dirimu, kebajikan itu apa yang tentram jiwa dan hati kepadanya. Adapun dosa adalah yang ada dalam jiwa terasa bimbang walaupun manusia berfatwa Hadits Hasan, kami riwayatkan dalam musnad dua Imam Ahmad dan Imam Ad Darimi dengan sanad yang hasan.

Syarah:
Sabdanya: Berbuat baik adalah akhlak yang baik yakni akhlak yang baik adalah kebajikan yang paling afdhal. Sebagaimana dalam hadits: Haji adalah arafah. Adapun kebajikan adalah yang membuat baik pelakunya dan menyatukannya dengan abrar yakni mereka yang taat kepada Allah azza wajalla.
Yang dimaksud akhlak baik adalah: adil dalam bermuamalah, lemah lembut dalam berusaha, adil dalam berhukum, berkorban untuk berbuat baik, dan sifat-sifat mukmin lainnya yang telah Allah sifati dalam ayat-Nya yakni dalam Surat Al Anfaal:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَنًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ. الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلَوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَهُمْ يُنْفِقُوْنَ.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka” (Al Anfaal: 2-3).

Allah berfirman:
التَّئِبُوْنَ الْعَبِدُوْنَ الْحَمِدُوْنَ … وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Orang-orang yang bertaubat, beribadah dan suka bertahmid”, sampai firman-Nya “Berilah kabar gembira kepada kaum mukmin” (At Taubah: 112).
Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ … أُولَئِكَ هُمُ الْوَرِثُوْنَ
“Telah sukses orang yang beriman” sampai firman-Nya: Merekalah ahli waris” (Al Mu’minun: 1-10).
Firman-Nya:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا
“Hamba-hamba Allah adalah yang berjalan diatas bumi dengan tenang (Al Furqan: 63). Sampai akhir surat.
Barangsiapa yang sulit mengerti keadaannya hendaknya ia timbang-timbang dirinya dengan ayat-ayat diatas. Jika semua sudah ada pada dirinya maka itu pertanda baik akhlaknya. Dan jika tidak ada semuanya menunjukkan jelek akhlaknya. Jika ada sebagian dan tidak ada sebagian menunjukkan bahwa dirinya mempunyai sebagian akhlak yang baik, hendaknya ia sibuk menjaga yang sudah baik dan mendapatkan yang sebagiannya lagi.
Jangan sampai ada orang yang menyangka baik budi itu artinya lemah lembut dan meninggalkan perbuatan kotor dan maksiat saja. Bahwa barangsiapa yang telah berbuat demikian telah baik akhlaknya. Bahkan yang dimaksud baik budi adalah sifat mukmin yang sudah disebutkan dalam ayat-ayat diatas, dan berakhlak dengan akhlak mereka. Diantara baik budi adalah menanggung gangguan orang lain.
Dalam hadits Bukhari Muslim:
أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَذَبَ بُرْدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أثرت حَاشِيَتَهُ فِي عاتق النبي صلى الله عليه وسلم وَقَالَ: يَامُحَمَّد، مُرْلِيْ مِنْ مَالِ اللهَِ الَّذِيْ عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ ضَحِِكَ وَأَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ.
“Seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah dan menarik burdah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai ujungnya berada di pundak Rasulullah, orang tersebut berkata: “Wahai Muhammad, suruhlah agar aku diberi harta Allah yang ada padamu, Rasulullah menoleh padanya kemudian tertawa dan menyuruh untuk memberi dia harta.
Perkataannya: Sedangkan dosa adalah apa yang ada di dalam dirimu dan engkau takut orang lain mengetahuimnya. Yakni dosa itu yang menyebabkan kegundahan dalam hati, ini adalah pokok untuk mengetahui perkara dosa dari yang baik, dosa adalah yang terus beredar dalam dada dan pelakunya tidak senang diketahui manusia, yang dimaksud manusia dalam hadits ini wallahu alam orang cerdik dan terpandang, bukan manusia yang bodoh, inilah dosa yang harus ia tinggalkan, wallahu a’lam.
(Diterjemah oleh Abdurahman Mubarak Ata)

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.